Posted on

Rahasia Penempaan Keris | Hingga Tuah Sebuah Keris Pusaka

Rahasia Penempaan Keris | Hingga Tuah Sebuah Keris Pusaka

Rahasia Penempaan Keris | Hingga Tuah Sebuah Keris Pusaka – Ketika pertama mendengar kata Keris pusaka, pasti kebanyakan dari kita akan merasa penasaran tentang cara pembuatannya. Terlebih bagaimana bisa sebuah benda yang berusia ratusan bahkan ribuan tahun ini bertahan hingga saat ini. Proses pembuatan keris sendiri di sebut proses penempaan.

Pada jaman dahulu, ketika Seorang empu membabar sebuah pusaka (Gegaman) ataupun Keris Hias (Ageman), adalah sebuah wujud pengabiannya pada yang pencipta. Pada Era Hindu Buda, Seorang Empu membabar keris pusaka bisa diibaratkan sebagai prosesi peribadatan. sehingga proses pembuatan pusaka ini tidak boleh di ketahui oleh orang lain apalagi di tiru. Itulah kenapa kedudukan Seorang empu di jaman dahuli setara dengan priyayi, sangat di hormati dan di sakralkan keberadaannya.

Hal ini sangat berlawanan dengan keberadaan para pandai besi di era sekarang. Mereka selalu terbuka jika ada orang lain yang ingin melihat atau bahkan ingin belajar cara membuat pusaka. keterbukaan ini tidak lain dan tidak bukan agar supaya warisan budaya terutama keris pusaka ini dapat dilestarikan oleh generasi muda era modern ini.

Menurut budayawan asal madura ir. Djoyo Sunjojo, “Sebenarnya, sesuatu yang setengah dirahasiakan, justru akan menjadi sakral dan lestari dengan sendirinya. Sebab, hal rahasia yang tetap membutuhkan perjuangan berat, guna mendapatkannya, justru akan menjadi sebuah kepemilikan yang langgeng”.

Berbeda dengan hal yang mudah di dapatkan. Sesuatu, baik ilmu maupun kebendaan yang diperoleh dengan mudah, justru akan menjadikan penyandangnya cepat bosan dan mudah melupakan. Sebab, cara kinerja otak manusia yang disesuaikan dengan kefitrohannya cenderung mencari hal yang menantang. Semakin mudah di dapat maka, semakin mudah dilupakan karena sudah menjadi hal biasa-biasa saja.

Oleh sebab itulah, kenapa banyak bangsa asing yang memanfaatkan bahkan mengambil kekayaan pertiwi ini, untuk dijadikan sebuah keistimewaan di negrinya sendiri. Padahal, sesuatu yang kesannya direbut itu, sudah menjadi hal yang biasa-biasa saja di negeri ini. Menurut saya, sebuah tinggalan lampau hendaknya jangan terlalu di fulgarkan. Lebih baik tetap menjadi sebuah setengah rahasia yang menantang bagi generasi muda kita,” terangnya.

Rahasia Penempaan Keris Pusaka Empu Jaman Dahulu

Satu hal yang tidak berubah dari proses pembuatan keris adalah tata cara dan perhitungannya yang terkenal rumit. Sebelum memulai rangkaian proses, terlebih dulu si mpu yang bersangkutan melakukan ritual tirakatan, puasa dan berdoa kepada Sang Pencipta.

Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan keris antara lain adalah logam mulia untuk keris lurus yang berbobot sekitar 12 kilogram. Sedangkan untuk keris berlekuk bobotnya mencapai 18 kilogram.

Baja yang diperlukan kurang lebih seberat 600 gram dan bahan pamor atau nikel seberat 350 gram. Di masa lampau, bahan pamor ini didapat dari batu meteorit yang dilebur sebelumnya. Tetapi saat ini tentu sangat sulit mendapatkan bahan tersebut, sehingga diganti dengan nikel.

Prosesi Awal Empu Dalam Membabar Keris Pusaka

Awal pembuatan keris dilakukan dengan menyatukan pamor dan besi. Caranya, bahan pamor dijepit dengan dua besi dan ditempa. Sehingga terbentuk lapisan atau lipatan pada besi dan pamor, bilah ini disebut besi kodokan. Nah dalam proses tempa kodokan inilah, sang mpu biasanya menyisipkan doa dan energinya pada setiap bungkus lipatan besi.

Sehingga di jaman dahulu tidaklah heran jika banyak keris yang memiliki daya magis bahkan berefek energi yang dahsyat. Hal ini disebabkan, meleburnya energi dan doa sang mpu pada setiap bilah keris yang diciptakannya.

Jaman dahulu, guna menghasilkan keris berkualitas tinggi, paling tidak dalam proses penempaan ini diperlukan ribuan lipatan. Makin banyak lipatannya, makin lama pula waktu yang diperlukan. Sebab pada dasarnya cara membuat keris adalah dengan pembakaran, penempaan dan pelipatan yang prosesnya tidak sebentar.

Selama proses tempa, sang mpu dan para panjak memasukkan besi dan bahan pamor berulang kali. Sehingga udara terasa sangat panas dengan abu pembakaran yang beterbangan. Sesekali, besi yang panas membara akan dicelupkan ke minyak secara mendadak sebagai proses pendinginan. Proses pendinginan ini disebut nyepuh yang tujuannya adalah untuk mendapatkan besi yang tua, kuat dan keras.

Setelah melewati rangkaian proses ini, baja dan bahan pamor yang tadinya berat akan berubah menjadi sebilah keris yang ringan, tipis namun kuat.


Artikel Menarik Lainnya:


Keris mentah kemudian ditatah dengan corak. Bisa berupa ukiran hiasan atau pola, seperti motif hewan, tumbuhan, wayang, ataupun rajah dan mantra. Hal ini tentu menyesuaikan dengan wangsit atau petunjuk sebelum dimulainya pembuatan keris.

Setelah semua beres, proses terakhir dalam pembuatan keris adalah proses marangi atau memunculkan bilah keris agar pamornya keluar. Caranya adalah dengan memoleskan warangan atau merendam bilah keris tersebut. Adapun warangan ini sendiri berupa cairan arsenikum yang sudah dicampur dengan air jeruk nipis.

Warangan yang dioleskan pada bilah keris akan memunculkan lapisan hitam pada besi, sedangkan bahan nikelnya tetap berwarna putih. Warna putih yang membentuk pola ini disebut pamor keris.

Manakala dinilai, harga sebilah keris yang berkualitas tinggi bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta. Meskipun pada jamannya merupakan senjata, namun sejak dulu keris telah memiliki nilai lain dalam proses ritual, sekaligus memperlihatkan status sosial orang yang memilikinya.

Chat Langsung Dengan RM. Ashraff Sigid Untuk PEMAHARAN dan KONSULTASI Pusaka.

RM. Ashraff Sigid – Kolektor Keris & Guru Spiritual

Loading