Deskripsi
Sekilas Tentang Pusaka Tindih Wedhung Kabudhan
Pusaka Tindih Wedhung kabudhan ini bentuknya sangat unik dan berbeda dengan Wedhung yang kita kenal sekarang, Wedhung kabudhan yang kita kenal saat ini tidak memakai ganja. Berbeda dengan Wedhung Kabudhan di www.kolektorkeris.com. Wedhung ini diduga berasal dari jaman sebelum Singasari (sebelum abad 12 M) kemungkinan besar dari era jenggala. Mengingat Wedhung ini telah diuji karbon menunjukan penanggalan karbon dari abad ke-10 M.
Pusaka wedhung ini berpamor keleng, tuah pusaka ini sebagai perlindungan dan penghalau berbagai serangan ghaib, seperti teluh, santet dan sejenisnya. Pusaka di era kabudhan diyakini sebagai pusaka tindih, yang mana keyakinan masyarakat pecinta pusaka kuno menyakini akan angsar pusaka tidak selamanya baik, dengan adanya pusaka tindih mampu menyeimbangkan atau bahkan meredam energi-energi negatif dari pusaka yang ada.
Jenis Puska Tindih Wedhung, Juga Penggunaanya
Pusaka Wedhung – Wedhung yang cenderung bisa disebut pusaka berbentuk seperti golok mini dan handelnya perunggu ada juga yang bercampur dengan emas . Wedhung jenis ini tidak dipergunakan secara keduniawian lebih ke spiritual dan di buat oleh empu. Sedikit orang yang mengulas tentang wedhung kabhudhan ini di karenakan kesalah pahaman antara Wedhung yang dibuat sebagai alat bertani dan Wedhung pusaka.
Wedhung Pertanian – Wedhung dengan yang khusus untuk pertanian, bentknya masih sama dengan Pusaka Wedhung. Namun ukurannya jauh lebih besar karena fungsinya lebih kepada bekerja berat. Jika wedhung pusaka di buat langsung oleh Empu, Wedhung untuk pertanian di buat oleh Pande Besi.
Wedhung Senjata – Wedhung ini memiliki ciri fisik yang berbeda di bagian Gonjo. Yakni memiliki motif memutar, seperti pusaran air. Wedhung senjata ini keberadaannya juga sangat langka, jika pun ada di masyarakat. Sering menyalahgunakannya, karena ketidak tahuannya.
Wedhung Dibuat Dengan Gusen Indah Dan Ricikan
Pada era pertengahan Wedhung Pusaka juga digunakan/disengkelit sebagai atribut pakaian kebesaran pegawai istana Kerajaan. Hingga sekarang di Keraton Solo dan Jogja, pusaka wedhung masih melestarikan radisi tersebut Berdampingan dengan pusaka keris.
Kebutuhan seni, merubah wedhung yang sebelumnya berbentuk sederhana dan berfungsi sebagai senjata tebas (situasi kacau pada saat itu) mulai bergeser menjadi benda seni, di “Agung” kan seperti pada budaya keris. Karene pergeseran budaya, wedhung mulai digarap empu dengan teknik pelipatan besi dan lapisan dari bahan meteor yang disebut pamor. Hal ini dimaksutkan agar keberadaan Wedhung sendiri tidak di tinggalkan, tetap mendapatkan tempat di hati para Kolektor Keris.
