Deskripsi
Keistimewaan Keris Tindih Jalak Budha Pamor Keleng – Kewibawaan dan Penetralisir
Tentang Pamor Keris Tindih Jalak Budha, Kewibawaan dan Penetralisir
Keris Tindih Jalak Budha, adalah Salah satu keris kewibawaan yang di miliki oleh Mas Ashraff Sigid. Pamor Keleng atau Keris kelengan adalah Keris yang tidak berpamor dan warna bilahnya menjadi hitam legam ketika diwarangi. Penempaan Keris ini biasanya sangat matang, sehingga memiliki pesona tersendiri bagi para penggemar Tosan Aji. Keris keleng lebih mengutamakan kematangan tempa dan juga kesempurnaan garap. Garap yang dimaksud meliputi keindahan bentuk bilah, termasuk semua ricikannya. Kesempurnaan garap bermakna ketepatan etika dan sopan santun kita, bisa juga bermakna keselarasan dengan lingkungan hidup.
Keris Keleng juga bisa menjadi bahasa untuk memahami tingkat kematangan Empu pembuatnya secara lahir maupun batin yang tidak lagi ingin menonjolkan kelebihannya. Sederhana namun menyimpan misteri yang dalam. Secara lahir bisa dilihat kesanggupan sang Empu dalam mengolah besi untuk menjadi matang dan presisi. Dalam penggarapan Keris tersebut juga dibutuhkan kecermatan dan kedalaman batin.
Kedalaman batin Empu diterjemahkan dalam bilah Keris yang hitam polos tidak bergambar yang mengisyaratkan jika sang Empu sudah menep (mengendap) dari keinginan duniawi. Makna yang disampaikan harus diterjemahkan dengan kedalaman rasa yang bersahaja dan efek yang ditimbulkan dari sugesti terhadap Keris keleng tersebut adalah, bahwa Keris tersebut mampu menjadi inspirasi tentang ketulusan/keikhlasan.
Ada juga yang beranggapan bahwa Keris keleng memiliki kekuatan secara isoteri lebih multifungsi dibandingkan dengan Keris yang berpamor karena Empu pembuatnya lebih mengutamakan isi daripada daripada keindahan fisiknya.
Tentang Dhapur Jalak Budha
Dhapur Jalak Budha, agaknya fauna yang pertama kali menginspirasi para Empu keris pada zaman dahulu adalah burung jalak. Dari temuan keris yang dianggap paling tua, hanyalah keris berdhapur Jalak yang dianggap melambangkan burung ocehan yang dekat dengan kaum petani itu. Secara umum, dhapur jalak merupakan salah satu keris lurus yang ukuran bilahnya lebar, panjangnya sedang, bagian sor-soran keris jalak biasanya agak tebal, gandiknya polos dengan pejetan dangkal dan biasanya memiliki sogokan rangkap – depan dan belakang.
Filosofi Dhapur Jalak Budha – Keris Tindih, Kewibawaan dan Penetralisir
Konon menurut Serat Pustaka Raja Purwa penciptaan dhapur Jalak diawali dengan titah Prabu Sri Samaratungga dari kerajaan Mataram Budha di Jawa bagian Tengah, yang mendapatkan wangsit dari hasil perenungannya. Dalam kontemplasi tentang segala hal yang dilihat oleh sang Prabu sehari-hari, Baginda menyimpulkan, agar rakyat di kerajaannya dapat hidup makmur dan sejahtera . Maka harus memuliakan burung Jalak – yang saat itu memang dianggap sebagai burung yang dekat dan banyak membantu kaum petani. Dikisahkan pula, sejak muda kegemaran sang Raja Budha adalah blusukan berkelana mengelilingi seluruh penjuru atau pelosok negeri – melihat dengan mata kepala sendiri keadaan rakyatnya. Raja tidak mau hanya menjadi atasan yang hanya mendapat laporan dari para bawahan semata, tetapi ingin terjun langsung di lapangan. Untuk itu, kadang sang Raja menyamar menjadi rakyat biasa, untuk dapat menyelami isi hati para kawula di pedesaan.
Baginda kemudian meminta para empu keraton untuk menciptakan keris dengan mengambil bentuk maknawi burung Jalak. Maka dengan melalui proses pengendapan batin yang dalam, maka terciptalah sebuah keris dhapur Jalak – yang nantinya disebut Jalak Budha. Sang Raja kerajaan Mataram Budha itu sangat bersuka cita sekali dengan keris yang tercipta oleh para Empu keraton. Sejak itu sang Prabu memaklumatkan keris pancer dhapur Jalak Budha sebagai keris pusaka negara. “Reungeuntai sakweh kita, sun maule Sang Jalak Budha dadyeka raksa ri nagara” Titah Pabu Sri Samaratunga pada tahun 820 M. Artinya – kurang lebih : “Dengarkanlah olehmu semua, aku muliakan Sang jalak Budha menjadi penjaga negara”.
Awal Mula Dapur Keris Tindih Jalak Budha
Sejak saat itu banyak empu pandhe yang membuat putran dari pusaka Sang Jalak Budha itu. Ciri khas yang menonjol pada Jalak Budha – selain sogokan rangkap yang tipis, gandik polos dan pejetan dangkal, adanya pametuk (semacam gelang bersusun di bawah ganja). Jadi keris Jalak Budha, bila dipasangi deder atau ukiran (hulu), tidak perlu menggunakan mendak diantaranya.
Seperti apa bentuk maknawi burung Jalak dalam keris? Ini jelas terlihat dari ricikan yang tertera pada bilahnya, yang secara keseluruhan menggambarkan profil kepala burung Jalak. Pejetan menggambarkan bentuk dahi, sogokan bagian depan melukiskan paruh atas. Sedangkan sogokan bagian belakang membentuk paruh bagian bawah dan leher sang burung.
Keris Sang Jalak melambangkan kebersamaan Raja beserta para penggerak negara selaku pelindung seluruh rakyat petani beserta kehidupan agrarisnya. Selayaknya burung jalak yang selalu mengajarkan kepada seluruh jajaran negara. Mulai dari Pangeran, Patih, Adipati, Mantri, Dhyaksa, Akuwu, Demung, Buyut, hingga para luruh dan bekel. Hal ini, untuk menjiwai tauladan dari kehidupan burung jalak. Keris Sang Jalak adalah penjaga negara, karena melambangkan dinasti kerajaan Mataram. Budha yang bersumpah menegakkan tugasnya sebagai pengayom para kawula tani. Seperti titah Prabu Sri Samarotungga. Bahwa jika ada bangsawan dan priyayi yang semulia Dewa Brahma, sepandai Dewa Wishnu, sesakti Dewa Shiwa, ataupun sekaya Dewa Kuwera. Namun ia tidak mengayomi para kawula, melainkan hanya menyia-nyiakannya saja. Maka tak lain hanya benalu parasit, yang lebih hina dari lalat dan serangga nakal yang suka menganggu kerbau.
Note : Untuk Deskripsi dan Gambar yang lebih detail tentang Keris Tindih Jalak Budha Pamor Keleng, Silahkan Menghubungi kami di nomor : 0811 – 2888 – 540 (WA/SMS/TLP).
*Selain Keris Bertuah Keris ini sangat Indah sebagai pusaka koleksi.