Keris Brojol Pamor Tambal

Rp12,450,000.00

Nama Pusaka : Keris Brojol.
Dapur / Bentuk : Brojol.
Pamor / Lambang / Filosofi : Tambal.
Tangguh / Era Pembuatan / Estimasi : Tuban.
Model Bilah Pusaka : Lurus
Panjang Bilah-Gonjo Keris : – CM
Panjang Seluruh Keris : – CM
Asal Usul Pusaka : Dari Sang Mpu Wesi Aji Sakti.
Warangka : Ladrang Solo Kayu Gembol Jati (Langka).
Garansi : Pusaka Dijamin Original.

Tuah / Khasiat : Kelancaran Rejeki, Karir, Juga perlambang ikhtiar untuk menutup setiap celah, menyempurnakan pekerjaan.

Deskripsi

Keistimewaan Keris Brojol Pamor Tambal – Salah Satu Pamor Keris Terbaik

Tentang Pamor Keris Terbaik Keris Brojol

Keris Brojol Tambal Era Tuban - Pamor Keris TerbaikPamor Tambal, dalam khasanah koleksi tosan aji khususnya keris, tombak dan pedang merupakan salah satu pamor favorit. Atau bisa di bilang salah satu pamor keris terbaik yang banyak dicari kolektor tosan aji. Pamor tambal dibuat dengan harapan agar setiap kelemahan dan kekurangan kita akan ditambal dan ditutupiNya. Juga perlambang ikhtiar untuk menutup setiap celah, menyempurnakan pekerjaan.

Atau bisa dikatakan merupakan bentuk enskripsi lain, sama halnya rajahgambar dan tulisan yang digoreskan pada pusaka. Dalam hal memaknai pamor Tambal, tentu saja kondisi tataran spritual pemilik menjadi faktor dominan yang melatar-belakang kenapa dan bagaimananya? Pamor Tambal dipahami oleh banyak orang mempunyai tujuan khusus untuk menambal dan menyempurnakan kekurangan yang ada hingga memperbaiki sesuatu yang rusak. Pamor Tambal dapat juga mengandung arti akan adanya sebuah ikhtiar untuk mewujudkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Kematangan Dalam Proses Pembuatan Pamor Tambal

Keris Panimbal - pamor keris yang paling dicariDitinjau dari sisi perencanaan, penambahan pamor tertentu pamor tambal pada tosan aji dibedakan menjadi dua type, yakni yang pertama penambahan pamor sudah direncanakan saat tosan aji tersebut akan dibuat rekan. Dan yang kedua penambahan pamor baru dilakukan saat tosan aji tersebut sudah selesai dibuat susulan.

Bahkan jika mengacu pada kurun waktu, maka penambahan tersebut bisa dilakukan berabad kemudian dari sejak tosan aji selesai dibuat hingga diwariskan turun-temurun (beda zaman/tangguh). Bagi kalangan penganut paham eksoteri penambahan pamor tambal susulan belum tentu akan disukai, tetapi bagi para pemburu isoteri akan memiliki value lebih. Hal inilah yang membuat Pamor ini menjadi salah satu pamor keris terbaik, incaran para kolektor

 

Tampak tiga tambalan berbentuk bulatan yang berjarak/spasi sama. Diyakini tiga tambalan dengan jarak yang sama sengaja dibubuhkan dengan tujuan tertentu. Kenapa berjumlah 3 (tiga)? Kami pun hanya bisa menduga-duga saja, angka 3 (tiga) merupakan simbol rahasia Sang Pencipta, dimana Rejeki, Jodoh, Hidup dan Mati sudah ada yang mengaturnya. Angka 3 (tiga) juga simbol lakon urip ada kelahiran, ada pernikahan dan ada kematian. Biasanya dicari oleh pemilik ilmu kanuragan.

Tentang Dhapur Brojol – Pamor Keris Terbaik Bertuah Kerejekian

Selain Memiliki menjadi Favorit karena menyandang predikat pamor keris terbaik, dalam masyarakat yang memandang keris dari sisi isoteri, seringkali dhapur keris Brojol ini dikaitkan dengan tuahnya “memperlancar kelahiran jabang bayi”. Sehingga mungkin banyak orang yang menganggap keris ini hanya cocok untuk mereka yang berprofesi sebagai dukun bayi. Benar dan tidaknya mengenai tuah tersebut, hanya Tuhan yang mengetahui. Namun di sisi lain, dijumpai bahwa banyak masyarakat yang memperoleh pusaka warisan keluarga ber-dapur Brojol, meskipun mereka bukan dari keturunan dukun bayi.

Keris Brojol Bertuah Kerejekian, Sebagai Simbol Kelahiran

Keris Dapur Brojol, sebagaimana dhapur keris lainnya merupakan suatu karya yang mempunyai muatan spiritual berupa ajaran-ajaran hidup. Secara terminologi, brojol memang identik dan terkait dengan masalah kelahiran. Brojol merupakan istilah Jawa untuk ungkapan peristiwa kelahiran jabang bayi ke dunia. Keris berdapur brojol, sebagai simbol kelahiran bayi sebenarnya bukan pada proses kelahiran itu sendiri yang akan disampaikan, akan tetapi ditujukan pada kesucian jabang bayi yang baru dilahirkan, yaitu fitrah manusia.

“Ajaran-ajaran Jawa disampaikan penuh dengan pengetahuan esoterik yang merangsang angan-angan dan perenungan.“
(Niels Mulder, 2001:129)

Penafsiran yang dilakukan sangat tergantung wawasan dan pengalaman masing-masing pribadi yang sangat subjektif. Dalam budaya suatu ajaran yang dianggap penting jika disampaikan tanpa simbolisasi tentu menjadi tidak menarik dan juga kurang menyenangkan, karena disampaikan secara biasa-biasa saja (polos) dan tegas. Sebaliknya semakin tersembunyi (simbolik) dan semakin rumit maka akan semakin menarik dan makin mengembangkan pemikiran.

Brojol, Sebagai Simbol Fitrah Manusia

Keris Brojol Tambal Tuban - Pamor Keris TerbaikFitrah manusia merupakan potensi dasar yang ada pada manusia untuk percaya adanya Tuhan dan selalu condong kepada kebenaran. Fitrah ini diciptakan dan bersumber dari Tuhan. Oleh karenanya, fitrah manusia mengarah kepada tujuan yang satu, kebenaran, dan kesucian jiwa yang menjadikan manusia selalu kembali dekat kepada Penciptanya. Pada hakekatnya, dalam diri manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Nurani manusia selalu merindukan kedamaian dan ketenangan. Jauh di dalam lubuk hati manusia, pada dasarnya selalu ada kerinduan untuk terus menerus mengikuti jalan agama yang benar. Inilah fitrah manusia yang sesungguhnya, fitrah yang diajarkan agama.

Fitrah manusia itu pada dasarnya memiliki kecondongan membutuhkan adanya Tuhan Sang Pencipta. Dengan kecenderungan fitrah inilah manusia; bagaimanapun ingkarnya dia; ketika ia dalam keadaan tak berdaya, maka tetap akan mengakui keberadaan dan kekuasaan Tuhan. Inilah hakikat fitrah manusia. Apabila mereka taat dan patuh pada perintah Tuhan, mereka akan selalu dekat dengan-Nya. Apabila ia dekat dengan Tuhannya, ia akan selalu merasakan kehadiran Tuhan setiap saat. la akan merasa bahwa setiap perilakunya, gerak geriknya berada dalam pengawasan Tuhan. Jika fitrah manusia telah kembali dan terjaga, timbul sifat ihsan dalam dirinya. Serasa ia berada dalam perhatian Tuhan, sehingga menjadikannya tertib dan berhati-hati dalam setiap sikap dan perbuatan. Prinsip kebaikan ini diakui oleh seluruh umat manusia, sedangkan perilaku yang tidak baik akan senantiasa mengantarkan manusia menuju kehinaan dan kesengsaraan.

Banyak Manusia Yang Melupakan Fitrahnya

Ironisnya, banyak di antara kita yang melupakan fitrah insaniyah (kemanusiaan) kita. Sebagian besar kita justru dipengaruhi, bahkan dikuasai oleh nafsu. Kita sering menjadikan nafsu sebagai illahi (Tuhan) dalam kehidupan ini. Padahal dalam ajaran agama Tuhan secara tegas mengecam para budak “nafsu”. Tidak lain seperti halnya binatang yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Betapa nista dan hinanya sebutan padanan yang diberikan Tuhan kepada para pemuja nafsu. Mereka diibaratkan seperti binatang, bahkan jauh lebih hina dari binatang. Inilah saat ketika manusia tergelincir berbuat kejahatan yang menghinakan dirinya serta menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan agamanya. Manusia diciptakan sebagai mahluk paling sempurna, karena dikaruniai akal. Akal akan menuntun manusia untuk menentukan derajatnya, apakah di bawah binatang atau bahkan di atas malaikat.

Mas Ashraff Sigid Menjelaskan, Dalam pandangan Jawa ada dua macam nafsu yang sangat menghalangi nilai kemanusiaan, yaitu hawa nafsu (nafsu-nafsu) dan pamrih (egoisme). Tak perlu disebutkan disini bermacam nafsu, namun secara umum ada idiom yang di sebut Mo-Limo, yaitu Madat (nyandu obat terlarang), Madon (main perempuan, selingkuh, seks bebas), Minum (Mabuk), Maling (mencuri, menipu, korupsi), dan Main (judi).

Hawa Nafsu dan Pamprih Menjadi Penghalang Utama

Keris Brojol Tambal Era Tuban - Pakmor Keris Terbaik

Hawa Nafsu yang tidak baik, merupakan perasaan dan tindakan kasar yang melemahkan kontrol diri manusia sehingga dapat melemahkan kekuatan batin. Orang yang dikuasai nafsu menunjukkan bahwa akal budi belum menduduki pengendalian jiwanya. Manusia semacam itu tidak lagi mengembangkan segi-segi halusnya (perasaan) dan kebanyakan akan menimbulkan konflik dan pertentangan, baik dalam keluarga maupun dalam lingkungannya dengan masyarakat.

Halangan yang kedua yaitu Pamrih (egoisme). Bertindak oleh karena pamrih berarti hanya mementingkan kepentingannya sendiri tanpa mengindahkan kepentingan orang lain bahkan seringkali merugikan orang lain. Pamrih merupakan sikap yang memperlemah manusia dari dalam. Pamrih terutama terkait dengan tiga nafsu, yaitu menganggap dirinya paling berkuasa, menganggap dirinya yang paling benar, dan hanya memperhatikan kebutuhan diri sendiri.

Manusia Cenderung Berlebihan Atas Kehidupannya

Dua macam nafsu tersebut menjadi halangan manusia mencapai Fitrah yang telah diberikan oleh Tuhan. Banyak keinginan manusia diluar kebutuhannya. Manusia yang telah dikuasai oleh nafus selalu berusaha untuk memenuhi segala keingannnya tanpa batas, meskipun ditempuh dengan cara-cara yang merendahkan derajat/martabatnya (suap, korupsi, menipu orang lain, mencuri dan sebagainya). Hasil tersebut dapat memenuhi keinginan manusia untuk memperoleh uang dan harta yang melimpah, rumah mewah, mobil banyak, sandangan serba bergengsi, gaya hidup hedonisme/konsumtif, dan sebagainya.

Meskipun hal tersebut dapat diperoleh, akan tetapi dari lubuk hati yang paling dalam, ada perasaan tidak tenteram, merasa berdosa, itulah fitrah yang diberikan Tuhan pada manusia. Bagi manusia yang masih sadar akan eksistensi kemanusiaannya, tentu ia tidak mau merendahkan derajatnya. Dia akan selalu berusaha untuk mempertahankan fitrah kemanusiaannya. Bahkan, ia akan selalu berusaha meningkatkan derajat serta kualitas kemanusiaannya. Tetapi bagi mereka yang telah dibutakan mata hatinya oleh dekapan nafsu, la akan terlena dan terbuai, tidak mempedulikan lagi fitrah kemanusiaannya yang suci. la akan terlelap dalam bisikan nafsu, sampai akhirnya maut datang menjemputnya.

Pengendalian Hawa Nafsu dan Kembali Kepada Fitrah Manusia

Untuk mengendalikan nafsu-nafsu dapat dilakukan dengan cara laku tapa dengan sedikit mengurangi makan, tidur, menguasai diri dibidang seksual, dan lain sebagainya. Sebagaimana dalam Serat Wulangreh tembang Durma :

“Dipun sami ambanting sariranira, cegah dhahar lan guling, darapon suda, nepsu kang ngambra-ambra, rerema ing tyasireki, dadi sabarang karsanira lestari“

(Lakukanlah prihatin, janganlah terlalu banvak makan dan terlalu banyak tidur, agar nafsu yang menyala-nyala dapat berkurang dan hati menjadi tenteram. Akhirnya segala sesuatu yang hendak dicapai akan terlaksana)

Sesuai dengan hal tersebut, bagi orang Jawa laku tapa bukanlah meniadakan sama sekali dorongan biologis akan tetapi sekedar mengatur dan membatasinya. Hal tersebut tentu dapat dicapai dengan membiasakan diri atau latihan. Taat terhadap perintah Tuhan dan selalu menjalankan apa yang telah diajarkan dalam agama juga merupakan suatu laku tapa. Sehingga dengan laku tapa demikian, diharapkan akan mendekatkan diri kepada Tuhannya dan diharapkan manusia selalu pada fitrahnya.

Pijetan menunjukkan kelapangan hati, Gandik polos menunjukkan ketabahan.

Keris Brojol Tambal Tuban - Pamor Keris TerbaikDapur Brojol mempunyai ricikan Pijetan yang merupakan simbol dari kelapangan hati. Gandik polos merupakan simbol ketabahan dalam menjalani hidup. Kelapangan hati terhadap sesuatu yang diperoleh, khususnya terhadap keadaan yang tidak menyenangkan hati. Fitrah manusia itu pada dasarnya memiliki kecondongan percaya pada kekuasaan dan takdir Tuhan. Takdir bagi orang Jawa disebut dengan istilah “pepesthen“. Pepesthen mempunyai arti segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari takdir Tuhan. Ada ajaran Jawa yang mengatakan :

“Ora ana kasekten sing madhani pepesthen, awit pepesthen iku wis ora ana sing bias murungake“. (Tiada kesaktian yang mempunyai kepastian sebagimana yang dimiliki Tuhan, karenanya tidak ada yang dapat menggagalkan kepastian dari Tuhan).

Oleh karena itu, dalam paham ajaran Jawa selalu beranggapan bahwa merah-birunya kehidupan tergantung dari takdir Tuhan. Peristiwa kehidupan di dunia yang menyangkut keselamatan-bencana, sengsara-kesenangan, kekayaan-kemiskinan, dan sebagainya sudah merupakan pepesthen. Atas dasar itu, orang Jawa menyikapi pandangan hidup dengan sekedar menjalankan apa yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Brojol Merupakan Ajaran Hidup Menuju Fitrah Manusia

Dhapur Brojol yang sederhana merupakan suatu simbol mengenai ajaran hidup bagaimana seseorang untuk menjaga fitrah yang telah diberikan oleh Tuhan. Meskipun bentuknya sederhana, dhapur keris ini sarat dengan ajaran hidup yang sangat dalam. Meskipun fidak mudah untuk mencapainya, namun paling tidak ajaran ini mengingatkan manusia. Seorang yang masih sadar akan eksistensi kemanusiaannya, tentu ia tidak mau merendahkan derajatnya. Bahkan akan selalu berusaha untuk mempertahankan fitrah kemanusiaannya. Bahkan, ia akan selalu berusaha meningkatkan derajat serta kualitas kemanusiaannya.

Nafsu-nafsu duniawi yang menghalangi pencapaian fitrah, dikendalikan dengan tapa laku dan memahami takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Karena hidup ini tidak lepas dari kepastian dari Tuhan maka segala yang telah tercapai harus disyukuri dan diambil hikmahnya. Serta harus diterima dengan ikhlas, hati yang lapang, tabah, dan pasrah. Tabah dan pasrah menunjukkan kestabilan jiwa seseorang dalam menjalani hidup. Namun demikian, orang harus wajib berikhtiar dan harus berusaha semampunya. Namun usaha tersebut perlu dijalani sewajarnya, tidak memaksakan diri di luar batas kemampuannya, melanggar ajaran agama, dan merugikan orang lain. Orang yang hidup memaksakan diri dan neko-neko (bertingkah), cenderung untuk berbuat dan berperilaku tidak baik. Yang justru menjauhkan dirinya dari pencapaian fitrahnya sebagai manusia.

Note :

  1. Untuk Pemaharan, Deskripsi dan Gambar yang lebih detail tentang Keris Brojol Pamor Tambal – Pamor Keris Terbaik,  Silahkan Menghubungi R.M Ashraff Sigid dinomor : 0811 – 2888 – 540 (WA/SMS/TLP)
  2. Baca Tata Cara Pemaharan Disni!!
  3. Disclaimer, Jaminan Dan Garansi, Disini!!

*Selain Keris Bertuah Keris ini sangat Indah sebagai pusaka koleksi.

Loading